Tak Kenal Maka Tak Sayang (bagian 1)


Pepatah di atas sudah tidak asing bagi kita, tak kenal ilmu nahwu (salah satu cabang ilmu bahasa arab) maka tak sayang, kenapa pepatah tersebut kami lekatkan kepada ilmu nahwu?

‘Sulit ustadz belajar nahwu… Capek ah menghapal kaidahnya… Lihat buku nahwu saja malas kita…’

Itulah sekian ungkapan yang sering kita jumpai tatkala ikhwah diajak belajar nahwu, maka kita katakan TIDAK! Ilmu nahwu sebagaimana dikatakan Al-`Alaamah Asy-Syaikh Ibnu `Utsaimin rahimahullahu Ta`ala : Sesungguhnya ilmu nahwu adalah ilmu yang mulia, ilmu wasilah (perantara) untuk menyampaikan kepada 2 perkara:
  1. Memahami Al-Qur’an dan sunnah, karena kebanyakan untuk memahami Al-Qur’an dan sunnah butuh kepada ilmu nahwu.
  2. Mengokohkan lisan arab yang mana Al-Qur’an turun dengan bahasa arab, oleh karena itu belajar ilmu nahwu adalah perkara yang penting sekali. Akan tetapi ilmu nahwu diawal kali belajar sulit, dan diakhirnya mudah. Seperti rumah yang pintunya dari besi, sulit untuk memasukinya, tapi kalau sudah masuk rumah tersebut, maka akan mudah segala sesuatunya (akan diketahui ruang tidurnya, dapur, dan lain-lain—pen).
Seorang penuntut ilmu senantiasa semangat belajar (ilmu nahwu), tidak ada istilah sulit dalam kamus dirinya, Al-Ashma`i rahimahullah berkata : Sesungguhnya perkara yang paling aku khawatirkan menimpa seorang penuntut ilmu (jatuh dalam perkara lahn keliru bacaan dalam i`rab), ketika dia tidak memahami ilmu nahwu, dan masuk dalam ucapan Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam:

Barangsiapa dengan sengaja berdusta atas namaku, maka hendaklah dia mempersiapkan tempat duduknya di neraka. [HR.Bukhori 107 dan Ahmad 1413]. Ucapan Al-Ashma`i  rahimahullah ini dibawakan Al-Qodhi `Iyaadh dalam kitab Al-Ilmaa` hal 183 dan Ibnu `Asaakir dalam kitab Taarikh Dimasyqi [89/37].

Sesungguhnya Al-Qur’an dan hadits berbahasa arab, dan tidak bisa dipahami makna kandungan keduanya dengan pemahaman yang benar kecuali seseorang belajar bahasa arab.

Allah Subhanahu wa Ta`ala berfirman : Sesungguhnya Kami menjadikan Al-Qur’an dalam bahasa arab supaya kamu memahaminya. [Az-Zukhruf : 3] dan firman-Nya : Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa arab, untuk kaum yang mengetahui. [Fushshilat : 3] 

Maka mengenal dan belajar bahasa arab adalah perkara yang wajib bagi pembaca Al-Qur’an dan hadits, Al-Imam Al-`Alaamah Muhammad Naashiruddin Al-Albany rahimahullahu Ta`ala berkata : Mempelajari bahasa arab adalah perkara yang wajib, tidak mungkin seorang penuntut ilmu untuk memahami Al-Qur’an dan sunnah kecuali dengan perantara bahasa arab… [Al-Manhaj As-Salafy `inda Asy-Syaikh Naashiruddin Al-Albaany oleh `Amr Abdul Mun`im Saliim dinukil dari Al-Fataawa Al-Imaaratiyah nomor 52-53].

`Umar ibnul Khoththob radhiallahu ta`ala `anhu berkata : Pelajarilah bahasa arab, sesungguhnya bahasa arab itu mengokohkan akal dan menambah sifat muruah. [ibnu Abi Haasyim dalam Akhbaarul Nahwiyiin hal 32], dan atsar dari Ibnu `Umar radhiallahu ta`ala `anhu apabila beliau mendengar sebagian anaknya lahn (salah baca) maka beliau memukul anaknya. [ibnu Sa`ad dalam Athobaqoot 4/155].

Insya Allah rubrik Tak Kenal Maka Tak Sayang akan kami lanjutkan edisi berikutnya, dan semoga kita semua semakin cinta dan sayang untuk mempelajari ilmu nahwu. Yassarallohul umuro walhamdulillah.

Akhukum fillah Abu Ibrohim Abdurrahman Al-Fasawy fi Markiz Daarul Hadits Fiyush, Aden, Yaman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar